Kamis, 08 Januari 2015

TUGAS HIDUP

Manusia hidup dalam wilayah amanah. Orang kaya amanahnya bernama kekayaan. Orang miskin amanahnya bernama kemiskinan. Pemimpin amanahnya bernama kepemimpinan. Pengikut amanahnya bernama kepengikutan. Orang cerdas amanahnya bernama kecerdasan. Orang ideot amanahnya bernama keideotan.

Jasad dan segala asesoris, apapun bentuk dan pernik modelnya, adalah amanah. Akal, berapapun kadar IQ-nya, juga adalah amanah. Setiap nafas yang dihembuskan adalah amanah. Segalanya adalah amanah, semua adalah amanah.

Setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Tidak ada dua manusia yang sama persis bentuknya. Itu baru jasadnya, belum lagi keunikan jiwanya, hatinya, akalnya, nafsunya. Belum lagi jika dihitung hartanya, keluarganya, status sosialnya, dan jabatannya.

Setiap manusia unik dalam segala hal. Keunikan manusia inilah yang dinamakan amanah. Setiap yang ada pada manusia merupakan amanah dari Allah. Maka, jangan pernah berfikir kenapa yaa orang itu kok begitu, sedang saya dalam keadaan begini. Demi Allah, setiap orang mempunyai amanahnya sendiri-sendiri, dan amanah itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Setiap orang akan bertanggung jawab atas amanah yang telah diberikan Allah kepadanya. Orang kaya akan mempertanggungjawabkan kekayaannya, orang miskin akan bertanggung jawab dengan kemiskinannya, orang cerdas akan bertanggung jawab atas kecerdasannya, seorang pemimpin akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya, pengikut akan mempertanggungjawabkan kepengikutannya.

Setiap orang pasti akan bertanggung jawab terhadap segala amanah yang dititipkan Allah selama di dunia. Maka kemuliaan manusia tidak terletak pada seberapa nilai nominal amanahnya di dunia, seberapa banyak hartanya, seberapa gagah dirinya, seberapa tinggi jabatannya. Kemuliaan manusia terletak pada seberapa besar keikhlasannya, ketulusannya, pengorbanannya, pengabdiannya, takwanya, penunaian harkat kehambaannya kepada Allah.

Hidup manusia, setiap desah nafasnya adalah amanah, sekedar titipan Allah sebagai ujian bagi manusia. Manusia tidak memiliki apa-apa, tidak ada yang namanya hak milik. Segala yang ada adalah hak milik Allah yang digenggamkan ke tangan manusia. Maka hinalah manusia yang merasa memiliki harta, merasa memiliki jabatan, merasa bahwa semua yang di tangannya adalah hak miliknya, hasil kerja kerasnya sendiri. Ia menjadi hina karena ketakaburannya, merasa memiliki sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.